Mastercard Larang Transaksi Ganja: Tantangan bagi Industri Ganja Amerika Serikat
Wahana Berita – Mastercard mengambil langkah tegas dengan meminta lembaga keuangan untuk menghentikan transaksi ganja pada kartu debit-nya. Meskipun ganja telah menjadi legal di beberapa negara bagian di Amerika Serikat untuk penggunaan obat dan rekreasi, tetap ilegal di tingkat federal, sehingga sebagian besar bank di negara tersebut tidak melayani perusahaan ganja.
Sebagai tanggapan atas isu ini, juru bicara Mastercard menyatakan bahwa mereka telah menyelidiki masalah ini dan menginstruksikan lembaga keuangan yang terhubung dengan Mastercard untuk menghentikan aktivitas transaksi ganja tersebut. Keputusan ini sejalan dengan kebijakan perusahaan, karena pemerintah federal masih menganggap penjualan ganja sebagai ilegal.
Namun, langkah ini menimbulkan dampak bagi industri ganja legal di Amerika Serikat. CEO Sunburn Cannabis, Brady Cobb, menyebut langkah Mastercard sebagai pukulan bagi industri ganja legal. Terutama bagi pasien dan konsumen yang mengandalkan ganja sebagai alternatif pengobatan.
Menanggapi situasi ini, Presiden Pot firm Verano, Darren Weiss, berkomitmen untuk terus mengadvokasi reformasi ganja melalui dialog dengan pejabat terpilih dan pemangku kepentingan di Washington. Tujuannya adalah untuk memajukan percakapan yang mendukung pertumbuhan ganja legal dan aman di seluruh Amerika Serikat.
Namun, tantangan tetap ada di dunia politik. Reaksi keras dari Partai Republik terhadap ganja, termasuk penolakan terhadap SAFE Banking Act, menghadirkan hambatan bagi upaya reformasi perbankan ganja. Senator Republik John Cornyn bahkan menyebut rencana pemimpin mayoritas Chuck Schumer untuk meloloskan undang-undang perbankan ganja sebagai angan-angan.
Meskipun tantangan ada, industri ganja legal di Amerika Serikat terus berjuang dan berusaha mencari jalan untuk mendapatkan akses ke layanan perbankan. Dengan perkembangan politik dan perubahan regulasi di masa mendatang, harapan untuk pertumbuhan dan perkembangan ganja legal di Amerika Serikat masih tetap menggelora.
Sumber : cnnindonesia.com