Ekonom Bank DBS Beri Peringatan Soal Ancaman El Nino
Wahana Berita – Ekonom dari Bank DBS mengingatkan tentang ancaman El Nino yang akan terjadi di Indonesia, khususnya di sektor pertanian dan pangan. Maynard Priajaya Arif, Head of Research DBS Group, mengatakan bahwa El Nino tahun ini diperkirakan akan menjadi serupa dengan kondisi pada tahun 2015 yang parah.
Ancaman kekeringan ini akan berdampak pada produksi hasil pertanian dan juga harga-harga di pasar. Namun, Maynard menyebutkan bahwa dampak El Nino terhadap kenaikan harga biasanya agak tertunda.
Dia memberikan contoh pada tahun 2015, di mana kenaikan harga gula tidak langsung terasa saat El Nino melanda.
“Pemerintah melakukan beberapa langkah untuk menjaga stabilitas pangan, termasuk impor untuk menjaga ketersediaan pasokan. Namun, perlu dipertimbangkan tergantung pada jenis bahan pangan apa yang perlu dijaga, misalnya beras,” ujarnya dalam konferensi virtual, Jumat (7/7).
Namun, Maynard juga menyebutkan bahwa pemerintah tidak perlu mengimpor semua jenis bahan pokok. Sebagai contoh, pemerintah dapat mengalokasikan hasil olahan sawit untuk kebutuhan ekspor, bioetanol, dan minyak goreng dalam negeri.
Meskipun demikian, pemerintah perlu mempertimbangkan fluktuasi harga di negara-negara importir. Hal ini dikarenakan faktor-faktor tak terduga selain El Nino, termasuk perang, juga dapat mempengaruhi harga.
Senior Economist DBS, Radhika Rao, mengatakan bahwa pemerintah sudah siap menghadapi dampak El Nino. Namun, ia menyebutkan bahwa fenomena tersebut tidak akan berdampak terlalu signifikan terhadap inflasi.
“Dalam delapan hingga sembilan tahun terakhir, kita belum melihat dampak inflasi yang signifikan akibat El Nino,” ungkap Radhika.
Selain mengenai ancaman El Nino, dua ekonom dari DBS juga memberikan peringatan mengenai perputaran uang menjelang Pemilu 2024. Terutama, investor biasanya bersikap “wait and see” menunggu hasil dari pemilihan presiden pengganti Joko Widodo (Jokowi).
“Kami memprediksi bahwa investasi asing akan bergerak lambat, tidak akan melambat, tetapi tidak akan ada lonjakan. Mereka (investor) umumnya akan menunggu hasil pemilu,” kata Randhika.
Sementara itu, Maynard mengatakan bahwa meskipun pendaftaran calon presiden (capres) masih lama, kandidat-kandidatnya sudah cukup jelas. Terlepas dari siapa yang akan menjadi penerus Jokowi, yang paling penting adalah menjaga stabilitas pemilu.
Meskipun demikian, Maynard menyebutkan bahwa pemilu dapat memiliki dampak positif pada perekonomian Indonesia, terutama selama masa kampanye. Masuknya dana dari kandidat dan partai politik diperkirakan akan mulai berdampak pada kuartal IV 2023.
Sumber : cnnindonesia.com